Nauru, Negara Yang Dahulunya Kaya Kini Menjadi Miskin Kerana Ketamakan Rakyatnya!
Bentuk Negara : Republik
Kepala Negara dan kepala pemerintahan: Presiden
Ibukota : Yaren
Agama : Protestan 58%, Katolik 24%, Konghucuc dan Taoisme 8%
Bahasa Nasional : Nauru
Mata Uang : Dollar Australia
Lagu Kebangsaan : “Anibare Bay”
Sumber Alam : Fosfat
Industri : Fosfat
Republik Nauru terdengar cukup asing di telinga memang. Nauru mendeklarasikan kemerdekaannya pada tanggal 31 januari 1968 dengan ibu kota negaranya bernama Yaren.
Jadi, Nauru bukan hanya sekedar pulau kecil di dekat perairan Indonesia Australia, Nauru adalah sebuah Negara kecil seluas ‘telapak tangan’ di wilayah Pasifik Selatan Mikronesia, kurang lebih 500 km dari dari pulau Papua Indonesia.
Negara berarea 21km persegi ini selama 30 tahun pernah tercatat sebagai salah satu negara terkaya di dunia. Pendapatan perkapitanya pada tahun 1981 mencapai 17.000 dolar,jika dibandingkan dengan Indonesia yang hanya 530 dolar perkapita di tahun yang sama.
Jumlah penduduk di Negara Nauru hanya sekitaran 13 ribu jiwa, sangat sedikit memang jika di bandingkan dengan jumlah penduduk di tanah air. Nauru tumbuh menjadi negara yang sangat masyur dan kaya. Mereka membangun gedung-gedung tinggi.
Mengimpor mobil-mobil dan pesawat-pesawat komersial mewah. Tak ada orang miskin di sana, apalagi gelandangan. Negara memberikan subsidi kehidupan bagi seluruh rakyatnya. Lebih dari 80% angkatan kerja diangkat menjadi pegawai negeri.
Para pegawai ini tidak terikat jam kerja. Mereka boleh datang dan pergi sesuka hati. Para penganggur pun disubsidi oleh negara. Saking kayanya Nauru, tanpa bekerja pun para penduduk dapat merasakan hidup mewah. Rakyat tidak dikenakan pajak.
Pendidikan dan kesehatan gratis, pangan disubsidi, pelajar yang ingin bersekolah ke luar negeri diberi beasiswa. Bahkan saking manjanya, penduduk Nauru enggan jadi pekerja lapangan. Pemerintahnya terpaksa mengimpor tenaga kerja dari Australia, Cina, Kiribati dan Tuvalu
Negara Phospat
Yang membuat Negara Nauru terkenal akan kekayaannya tak lain karena kotoran burung. Lebih dari 70% tanah Nauru terdiri atas endapan tahi burung Guano yang menumpuk selama ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Hal ini dikarenakan dulunya Nauru merupakan tempat bagi koloni besar burung Guano.
Kotoran burung ini menjadi phospat, yang berfungsi sebagai pupuk tanaman. Phospat ditemukan tahun 1899 dan mulai dieksplorasi tahun 1907. Saat itu Nauru masih menjadi bagian dari negara Australia. Setelah diberi kemerdekaan pada 31 Januari 1968, pertambangan phospat dikuasai oleh penduduk asli daerah.
Diperkirakan, jumlah phospat berkualitas tinggi di seluruh Nauru 41 juta ton. Ini jumlah yang besar. Jika dibandingkan kembali dengan Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau, jumlah seluruh phospatnya diperkirakan hanya sekitar 2,5 juta ton.
Karena itu wajarlah kiranya negara yang masuk dalam daftar negara terkecil di dunia itu disebut-sebut sebagai negara phospat, dan diincar oleh banyak negara. Lantas hal apa yang menyebabkan Nauru menjadi Negara yang bangkrut, berikut 4 faktor penyebab kebangkrutan Negara Nauru :
1. Eksplorasi Berlebihan
Kekayaan membuat Nauru terlena. Mereka mengeksplorasi phospat, yang menjadi satu-satunya sandaran hidup negara itu secara besar-besaran, tanpa memikirkan masa depan. Hal ini mengakibatkan dua masalah serius.
Pertama, eksplorasi besar-besaran itu membuat cadangan phospat Nauru menipis. Jumlah ekspornya menurun drastis dari dua juta ton pertahun ke Australia dan Selandia Baru, menjadi hanya 33.000 ton saja tahun 2001. Pendapatan perkapitanya turun dari 17.000 dolar ke angka 3.000 dolar.
Tahun 2006 menjadi tahun yang sangat berat bagi Nauru karena pertambangan-pertambangan besar Nauru tutup akibat ketiadaan phospat. Yang masih beroperasi hanyalah pertambangan skala kecil yang tak terlalu bisa diandalkan. Akibatnya pun pahi. Kini Nauru menjadi Negara yang bangkrut.
2. Kerusakan Lingkungan
Masalah kedua Nauru adalah kerusakan lingkungan. Masalah ini tak kalah seriusnya. Organisasi pecinta lingkungan Greenpeace mencatat, akibat pertambangan yang membabi buta, 90% wilayah Nauru kini tak layak huni (waste-land),dan memerlukan rehabilitasi secara besar-besaran.
Sekarang di Nauru akan sangat sulit ditemukan kawasan hutan, semuanya hancur. Pohon-pohon kelapa pinggir pantai roboh semua. Dan jika di lihat dari udara, keadaan alam Nauru benar-benar mengerikan.
Mantan menteri Nauru, James Aigimea bahkan berharap fosfat tidak ditemukan di Nauru hingga ia tidak perlu menyaksikan kengerian semacam ini. Nauru menuntut Inggris, Australia dan Selandia Baru untuk membayar ganti rugi atas kerusakan ekologinya, sebab perusahaan-perusahaan tambang yang beroperasi di Nauru berasal dari negara-negara tersebut.
Pada penyelesaian sengketa di luar pengadilan, Australia setuju membayar 2,5 juta dolar Australia pertahun selama 20 tahun. Inggris dan Selandia Baru, masing-masing membayar 12 juta dolar. Namun kompensasi ini sungguh tak sebanding dengan kerusakan yang ditimbulkan.
Tercatat, selain merusak 90% wilayah Nauru, pertambangan juga menghancurkan 40% kehidupan laut di Zona Ekonomi Ekslusif (Exclusive Economic Zone). Vegetasi hijau dan habitat mamalia musnah. Jenis-jenis hewan di Nauru sangat sedikit, bisa dihitung dengan jari.
Akibat kerusakan lingkungan, lahan yang ada tak bisa ditanami dan cadangan air menghilang. Mereka terpaksa mengimpor seluruh makanan dan minuman dari Australia. Sungguh mengkhawatirkan kondisi negara kecil Nauru kini. Wilayah yang dulunya makmur dan subur itu, kini panas dan gersang. Tak ada lagi kehijauan, hanya debu yang menutup pandangan.
3. Obesitas Yang Paling Tinggi Sejagat
Orang yang kaya raya dan tidak bisa berpikir dengan jernih cenderung menjadi orang yang serakah dan rakus. Hal ini terjadi di Negara Nauru.
Hampir semua warganya setiap hari hanya makan tak terkontrol, minum alkohol, dan merokok sehingga menyebabkan sebagian besar penduduk Nauru saat ini terjangkit Obesitas yang mengkhawatirkan bahkan Nauru dijuluki sebagai Negara dengan tingkat Obesitas tertinggi di dunia, ironis memang.
4. Negara Tukang Hutang
Kemalangan yang terjadi di Nauru tidak ada habisnya. Alam yang hancur, sumber daya alam yang habis membuat negara ini miskin. Bahkan pemerintahan tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya bantuan dari negara tetangga. Hutang mereka mencapai 240 juta dolar, lebih besar dari APBN mereka sendiri.
Nauru terpaksa melego propertinya untuk menutupi hutang seperti gedung pencakar langit Nauru House, Sydney’s Mercure Hotel and Royal Randwick Shopping Center, hotel-hotel Downtowner and Savoy Park Plaza di Melbourne.
Meski demikian, hutang tetap belum lunas, masih tersisa 33 juta dolar. Nauru jatuh dalam kubangan kemiskinan. Membayar sewa gedung saja mereka kini tak mampu. Lapangan terbang mereka pun kini ditutup karena tak punya dana melakukan perawatan.
Di tengah kepanikan, pemerintah Nauru mengambil langkah pragmatis, mereka menawarkan Nauru kepada Australia untuk menjadi tempat pengungsian manusia-manusia perahu dengan imbalan 20 juta dolar.
Namun, karena masyarakat Nauru terbiasa hidup manja dan malas akibat kemakmuran, mereka tidak tahu bagaimana cara mengurus para pengungsi ini, akibatnya para pengungsi hidup terlantar dalam kondisi menyedihkan. Dan jika Jika Australia tidak memberi pinjaman bisa dipastikan negara ini akan hancur dalam waktu dekat.
Maka gunakan dan manfaatkanlah apa yang diberikan oleh Allah SWT itu secara wajar, karena semua yang ada di bumi ini semata-mata hanyalah titipan sesaat. DanAllah SWT sangat membenci perilaku tamak dan rakus. Tetap jaga hati dan kuatkan iman, jauhi perilaku sombong karena sombong sedikit-demi sedikit akan menuntun kita kedalam jurang kesesatan.
Sumber – Hipwee
Sumber Katak Pisang
Bentuk Negara : Republik
Kepala Negara dan kepala pemerintahan: Presiden
Ibukota : Yaren
Agama : Protestan 58%, Katolik 24%, Konghucuc dan Taoisme 8%
Bahasa Nasional : Nauru
Mata Uang : Dollar Australia
Lagu Kebangsaan : “Anibare Bay”
Sumber Alam : Fosfat
Industri : Fosfat
Republik Nauru terdengar cukup asing di telinga memang. Nauru mendeklarasikan kemerdekaannya pada tanggal 31 januari 1968 dengan ibu kota negaranya bernama Yaren.
Jadi, Nauru bukan hanya sekedar pulau kecil di dekat perairan Indonesia Australia, Nauru adalah sebuah Negara kecil seluas ‘telapak tangan’ di wilayah Pasifik Selatan Mikronesia, kurang lebih 500 km dari dari pulau Papua Indonesia.
Negara berarea 21km persegi ini selama 30 tahun pernah tercatat sebagai salah satu negara terkaya di dunia. Pendapatan perkapitanya pada tahun 1981 mencapai 17.000 dolar,jika dibandingkan dengan Indonesia yang hanya 530 dolar perkapita di tahun yang sama.
Jumlah penduduk di Negara Nauru hanya sekitaran 13 ribu jiwa, sangat sedikit memang jika di bandingkan dengan jumlah penduduk di tanah air. Nauru tumbuh menjadi negara yang sangat masyur dan kaya. Mereka membangun gedung-gedung tinggi.
Mengimpor mobil-mobil dan pesawat-pesawat komersial mewah. Tak ada orang miskin di sana, apalagi gelandangan. Negara memberikan subsidi kehidupan bagi seluruh rakyatnya. Lebih dari 80% angkatan kerja diangkat menjadi pegawai negeri.
Para pegawai ini tidak terikat jam kerja. Mereka boleh datang dan pergi sesuka hati. Para penganggur pun disubsidi oleh negara. Saking kayanya Nauru, tanpa bekerja pun para penduduk dapat merasakan hidup mewah. Rakyat tidak dikenakan pajak.
Pendidikan dan kesehatan gratis, pangan disubsidi, pelajar yang ingin bersekolah ke luar negeri diberi beasiswa. Bahkan saking manjanya, penduduk Nauru enggan jadi pekerja lapangan. Pemerintahnya terpaksa mengimpor tenaga kerja dari Australia, Cina, Kiribati dan Tuvalu
Negara Phospat
Yang membuat Negara Nauru terkenal akan kekayaannya tak lain karena kotoran burung. Lebih dari 70% tanah Nauru terdiri atas endapan tahi burung Guano yang menumpuk selama ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Hal ini dikarenakan dulunya Nauru merupakan tempat bagi koloni besar burung Guano.
Kotoran burung ini menjadi phospat, yang berfungsi sebagai pupuk tanaman. Phospat ditemukan tahun 1899 dan mulai dieksplorasi tahun 1907. Saat itu Nauru masih menjadi bagian dari negara Australia. Setelah diberi kemerdekaan pada 31 Januari 1968, pertambangan phospat dikuasai oleh penduduk asli daerah.
Diperkirakan, jumlah phospat berkualitas tinggi di seluruh Nauru 41 juta ton. Ini jumlah yang besar. Jika dibandingkan kembali dengan Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau, jumlah seluruh phospatnya diperkirakan hanya sekitar 2,5 juta ton.
Karena itu wajarlah kiranya negara yang masuk dalam daftar negara terkecil di dunia itu disebut-sebut sebagai negara phospat, dan diincar oleh banyak negara. Lantas hal apa yang menyebabkan Nauru menjadi Negara yang bangkrut, berikut 4 faktor penyebab kebangkrutan Negara Nauru :
1. Eksplorasi Berlebihan
Kekayaan membuat Nauru terlena. Mereka mengeksplorasi phospat, yang menjadi satu-satunya sandaran hidup negara itu secara besar-besaran, tanpa memikirkan masa depan. Hal ini mengakibatkan dua masalah serius.
Pertama, eksplorasi besar-besaran itu membuat cadangan phospat Nauru menipis. Jumlah ekspornya menurun drastis dari dua juta ton pertahun ke Australia dan Selandia Baru, menjadi hanya 33.000 ton saja tahun 2001. Pendapatan perkapitanya turun dari 17.000 dolar ke angka 3.000 dolar.
Tahun 2006 menjadi tahun yang sangat berat bagi Nauru karena pertambangan-pertambangan besar Nauru tutup akibat ketiadaan phospat. Yang masih beroperasi hanyalah pertambangan skala kecil yang tak terlalu bisa diandalkan. Akibatnya pun pahi. Kini Nauru menjadi Negara yang bangkrut.
2. Kerusakan Lingkungan
Masalah kedua Nauru adalah kerusakan lingkungan. Masalah ini tak kalah seriusnya. Organisasi pecinta lingkungan Greenpeace mencatat, akibat pertambangan yang membabi buta, 90% wilayah Nauru kini tak layak huni (waste-land),dan memerlukan rehabilitasi secara besar-besaran.
Sekarang di Nauru akan sangat sulit ditemukan kawasan hutan, semuanya hancur. Pohon-pohon kelapa pinggir pantai roboh semua. Dan jika di lihat dari udara, keadaan alam Nauru benar-benar mengerikan.
Mantan menteri Nauru, James Aigimea bahkan berharap fosfat tidak ditemukan di Nauru hingga ia tidak perlu menyaksikan kengerian semacam ini. Nauru menuntut Inggris, Australia dan Selandia Baru untuk membayar ganti rugi atas kerusakan ekologinya, sebab perusahaan-perusahaan tambang yang beroperasi di Nauru berasal dari negara-negara tersebut.
Pada penyelesaian sengketa di luar pengadilan, Australia setuju membayar 2,5 juta dolar Australia pertahun selama 20 tahun. Inggris dan Selandia Baru, masing-masing membayar 12 juta dolar. Namun kompensasi ini sungguh tak sebanding dengan kerusakan yang ditimbulkan.
Tercatat, selain merusak 90% wilayah Nauru, pertambangan juga menghancurkan 40% kehidupan laut di Zona Ekonomi Ekslusif (Exclusive Economic Zone). Vegetasi hijau dan habitat mamalia musnah. Jenis-jenis hewan di Nauru sangat sedikit, bisa dihitung dengan jari.
Akibat kerusakan lingkungan, lahan yang ada tak bisa ditanami dan cadangan air menghilang. Mereka terpaksa mengimpor seluruh makanan dan minuman dari Australia. Sungguh mengkhawatirkan kondisi negara kecil Nauru kini. Wilayah yang dulunya makmur dan subur itu, kini panas dan gersang. Tak ada lagi kehijauan, hanya debu yang menutup pandangan.
3. Obesitas Yang Paling Tinggi Sejagat
Orang yang kaya raya dan tidak bisa berpikir dengan jernih cenderung menjadi orang yang serakah dan rakus. Hal ini terjadi di Negara Nauru.
Hampir semua warganya setiap hari hanya makan tak terkontrol, minum alkohol, dan merokok sehingga menyebabkan sebagian besar penduduk Nauru saat ini terjangkit Obesitas yang mengkhawatirkan bahkan Nauru dijuluki sebagai Negara dengan tingkat Obesitas tertinggi di dunia, ironis memang.
4. Negara Tukang Hutang
Kemalangan yang terjadi di Nauru tidak ada habisnya. Alam yang hancur, sumber daya alam yang habis membuat negara ini miskin. Bahkan pemerintahan tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya bantuan dari negara tetangga. Hutang mereka mencapai 240 juta dolar, lebih besar dari APBN mereka sendiri.
Nauru terpaksa melego propertinya untuk menutupi hutang seperti gedung pencakar langit Nauru House, Sydney’s Mercure Hotel and Royal Randwick Shopping Center, hotel-hotel Downtowner and Savoy Park Plaza di Melbourne.
Meski demikian, hutang tetap belum lunas, masih tersisa 33 juta dolar. Nauru jatuh dalam kubangan kemiskinan. Membayar sewa gedung saja mereka kini tak mampu. Lapangan terbang mereka pun kini ditutup karena tak punya dana melakukan perawatan.
Di tengah kepanikan, pemerintah Nauru mengambil langkah pragmatis, mereka menawarkan Nauru kepada Australia untuk menjadi tempat pengungsian manusia-manusia perahu dengan imbalan 20 juta dolar.
Namun, karena masyarakat Nauru terbiasa hidup manja dan malas akibat kemakmuran, mereka tidak tahu bagaimana cara mengurus para pengungsi ini, akibatnya para pengungsi hidup terlantar dalam kondisi menyedihkan. Dan jika Jika Australia tidak memberi pinjaman bisa dipastikan negara ini akan hancur dalam waktu dekat.
Maka gunakan dan manfaatkanlah apa yang diberikan oleh Allah SWT itu secara wajar, karena semua yang ada di bumi ini semata-mata hanyalah titipan sesaat. DanAllah SWT sangat membenci perilaku tamak dan rakus. Tetap jaga hati dan kuatkan iman, jauhi perilaku sombong karena sombong sedikit-demi sedikit akan menuntun kita kedalam jurang kesesatan.
Sumber – Hipwee
Sumber Katak Pisang
Post a Comment